Berikut ini berita tentang Dukun Cilik Ponari yang dimuat di SURYA Online, barangkali tidak ada salahnya kita mencoba mengkaji dan mencari tahu apa yang terjadi disana. Fenomena ini merupakan ayat Alloh yang tersirat sedangkan Al-Qur’an dan Hadits adalah ayat Alloh yang tersurat, dengan memadukan keduanya semoga kita mendapatkan pemahaman sekaligus hidayah dari-Nya.
Fenomena Dukun Ponari, Pasien Sembuh, Pakar Anggap Sugesti
Senin, 9 Februari 2009 | 9:14 WIB | Kategori: Mataraman | ShareThis
Jombang | Surya-Setelah sempat menutup praktik sementara sejak Kamis (5/2), dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh Ponari, 10, sudah harus melayani ribuan orang yang menyerbu di rumahnya, Minggu (8/2).
Ini berarti pembukaan kembali ini terjadi satu hari lebih awal dari rencana semula, yang baru akan buka praktik lagi mulai, Senin (9/2). Penghentian sementara karena dilakukan pavingisasi pada jalan-jalan seputar rumah Ponari. Kades Balongsari, Nila Nurcahyani membenarkan dibukanya kembali praktik Ponari. Menurutnya meskipun sudah diumumkan pengobatan libur empat hari, namun setiap hari selalu saja ada ribuan orang datang ke rumah Ponari. “Akhirnya panitia sepakat membuka lagi praktik Ponari hari ini,” kata Nila, Minggu (8/2).
Meskipun banyak pengunjung yang mengaku penyakitnya bisa disembuhkan oleh Ponari, bagi Dra Denok Wigati Msi, psikolog dari Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang, cerita tentang ‘kesaktian’ Ponari itu hanyalah karena sugesti pasiennya. Menurut alumnus Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta ini, begitu muncul kabar ‘kelebihan’ Ponari, banyak masyarakat percaya.
Denok beranggapan, orang yang datang ke tempat Ponari sudah tersugesti. Dalam perasaan mereka sudah tertanam kuat, mereka akan sembuh setelah meminum air yang sudah dicelup batu milik Ponari. “Mereka memang merasa sudah sembuh dari sakitnya, tapi boleh jadi dalam pandangan orang lain tetap saja sakit,” kata Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi Undar ini.
Sugestinya yang sudah demikian kuat, bisa menimbulkan sebuah hipnosis, yang hipnosis ini bisa membuat orang melakukan hal-hal di luar kendali dirinya. Padahal, hipnosis hanyalah ‘memainkan’ perasaan seseorang.
Apapun kata orang tentang Ponari, bagi H Rosyid, warga Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, bocah itu telah menyembuhkan penyakitnya. Laki-laki usia 67 tahun itu mengaku mendapat kemajuan pesat dengan kesembuhan penyakitnya setelah minum air putih yang dicelup batu ajaib milik Ponari.
Rosyid yang mengaku lumpuh kedua kakinya akibat stroke selama sekitar 10 tahu, saat datang ke tempat Ponari harus digendong kerabatnya dari mobil, hingga lokasi pengobatan. “Tapi setelah minum air dari dukun cilik itu saya sudah bisa berjalan, meski masih harus dituntun,” kata Rosyid, tersenyum lebar.
‘Kesaktian’ Ponari juga diakui Djamil, tetangga Ponari. Pensiunan guru SD ini mengaku, anaknya, Luluk Jamilah, 35, yang sekitar 10 tahun mengalami gangguan jiwa, mulai sembuh setelah berobat ke Ponari, akhir Januari lalu. Sebelum diobati Ponari, depresi yang diderita Luluk sudah pada tingkat parah. Anak perempuannya itu tidak mau tidur di rumah, melainkan di belakang rumah. Itu sebabnya, Luluk dibuatkan gubuk kecil di belakang rumah Djamil.
Luluk pun diantar ke rumah Ponari, dan diberi minum air putih setelah sebelumnya dicelupkan batu ajaib. Keesokan harinya, kata Djamil, Luluk bisa berkomunikasi, bahkan mengajak Djamil, jalan-jalan seputar rumahnya.
Selain itu, Luluk juga sudah mau tinggal di rumah. “Kesembuhannya mencapai sekitar 50 persen,” kata Djamil. Itu sebabnya, Djamil masih memintakan air kepada Ponari untuk diminum Luluk. st8
Massa Beringas, Paksa Buka Praktik Dukun Cilik, Ratusan Pasien Berebut Air Sisa Mandi Ponari Kamis, 12 Februari 2009 | 8:20 WIB | Kategori: Berita Terkini, Mataraman | ShareThis
JOMBANG | SURYA-Niat pihak keluarga menutup selamanya praktik pengobatan dukun cilik Muhamad Ponari, 10, ternyata gagal dilakukan. Pasalnya, massa calon pasien –yang terus merangsek di sekitar rumah orangtua Ponari– menjadi beringas, Rabu (11/2).
Melihat hal itu, polisi tidak bisa berbuat lain kecuali mengizinkan pihak keluarga membuka kembali praktik pengobatan alternatif oleh bocah kelas III SD tersebut. Keputusan pembukaan kembali dilakukan pihak Polres Jombang bersama keluarga, Rabu (11/2) sekitar pukul 15.00 WIB.
Keputusan itu terpaksa diambil demi menghindari kemungkinan terjadinya kerusuhan. Pasalnya, massa yang memenuhi halaman rumah keluarga Ponari, di Dusun Kedungsari, Balongsari, Megaluh, Kabupaten Jombang, menunjukkan tanda-tanda kalap dan beringas sekaligus sulit dikendalikan.
Selain berteriak-teriak keras menghujat polisi, sebagian calon pasien juga melemparkan beberapa gelas plastik isi air mineral ke udara. Aksi ini mereda setelah bisa dicegah sesama calon pasien.
Seperti diberitakan, saking banyaknya massa calon pasien yang mengantre –bisa mencapai 50.000 orang sehari– ada empat calon pasien Ponari yang meninggal. Setelah itu, Ponari sempat sakit karena kelelahan sehingga pihak keluarga memutuskan menutup praktik pengobatan Ponari. (Surya, 11/2).
Kericuhan kemarin (11/2) bermula ketika Wakapolsek Megaluh, Deden Kimhar, muncul di depan massa yang memenuhi halaman rumah Ponari dan sekitar rumahnya. Melalui pengeras suara, dia mengumumkan bahwa pengobatan Ponari sudah ditutup.
“Penutupan itu berdasarkan pernyataan dari keluarga Ponari sendiri, yang ditandatangani ibu dan paman Ponari, serta disaksikan pejabat Muspida,” kata Deden.
Deden juga mengumumkan penghentian praktik pengobatan Ponari dilakukan karena kondisi fisik Ponari sakit. Juga, lantaran Ponari harus melanjutkan sekolah.
Mendengar itu massa berteriak-teriak tidak percaya. “Ponari bacah sakti. Mana bisa sakit? Jangan bohongi kami. Kami butuh pertolongan dari Ponari,” teriak seorang laki-laki dengan logat Madura.
Ketika Deden membacakan surat pernyataan tertulis dari keluarga Ponari yang ditandatangani Mukaromah (ibunda Ponari), dan paman Ponari, Paeno, massa menuding pernyataan itu ditulis di bawah tekanan. “Itu paksaan. Keluarga Ponari tidak mungkin punya niat menghentikan pengobatan. Bohong, bohong!” teriak beberapa warga lain.
Pada saat itulah beberapa gelas plastik isi air mineral sempat dilempar ke depan namun hanya sampai di tengah kerumunan massa, tak kena Wakapolres Deden dan para polisi yang hadir bersama Deden. Menghadapi situasi yang memanas, Deden membuka dialog.
Hal itu tak disia-siakan pengunjung. Seorang ibu lewat pengeras mengaku dirinya sudah antre sejak Senin (9/2) lalu untuk minta pengobatan Ponari demi kesembuhan salah satu keluarga. Dia juga mengaku sudah mendapat kupon atau tiket sebagai persyaratan masuk antrean sejak Senin lalu juga.
“Saya sudah menunggu berhari-hari. Kalau ditutup bagaimana nasib kami,” keluh ibu tadi, disahut massa yang beramai-ramai berteriak setuju.
Deden akhirnya berembuk dengan pihak keluarga dan panitia pengobatan. Hasilnya disepakati untuk melanjutkan kembali pengobatan Ponari, dengan syarat untuk Rabu (11/2) khusus yang sudah membawa karcis. “Kami meminta pasien yang tidak ada kupon segera pulang,” kata Deden.
Rebutan Air Mandi
Pantauan Surya, gejala kericuhan muncul ketika sampai Rabu (11/2) sekitar pukul 13.00 WIB ribuan pengunjung terus bertahan di lokasi pengobatan, kemudian merangsek menuju halaman rumah keluarga Ponari. Padahal untuk masuk ke sana harus melewati pagar bambu cukup kokoh dan dijaga polisi.
Mendadak beberapa orang menerobos pagar bambu, dan menuju sumur pompa tangan di samping rumah orangtua Ponari. Massa berebut memompa air, kemudian mewadahi air yang keluar dari pipa pompa ke dalam gelas dan botol masing-masing. Ratusan orang berdesakan di kamar mandi yang terbuat dari anyaman bambu, yang terletak bersebelahan dengan kandang kambing.
Bahkan beberapa orang nekat menciduk air keruh bekas mandi dari saluran air, kemudian digosokkan-gosokan ke bagian tubuh yang sakit. “Dengan cara begini, dengan ridlo Tuhan saya berharap sakit linu-linu di persendian saya yang sudah bertahun-tahun bisa sembuh,” kata Omo, warga Desa Bagjasari, Kecamatan Sijijong, Majalengka, Jawa Barat.
Omo tak datang sendiri ke pengobatan Ponari. Laki-laki usia 65 tahun itu naik angkutan umum bersama istri yang sakit asam urat dan anak laki-lakinya, yang sakit asma. Laki-laki ini rela berdesak-desakan untuk mendapatkan air dari sumur pompa tangan di kamar mandi Ponari.
Kemat Ikut Antre
Di lokasi pengobatan Ponari, Selasa (11/2) kemarin juga tampak Imam Khambali alias Kemat, 31, warga Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Jombang. Seperti diketahui, Kemat dikenal sebagai korban salah tangkap polisi Jombang, kasus pembunuhan mayat yang ditemukan di kebun tebu Dusun Braan, Desa-Kecamatan Bandarkedungmulyo.
Kemat –yang sebelumnya berperilaku wanita– ini datang ke tempat Ponari sekitar pukul 10.00 WIB. Kemat tampak berpakaian macho datang bersama kakak perempuannya, serta seorang waria setengah baya. Kemat mengaku sudah dua kali datang ke Ponari. “Tapi selalu apes, karena kebetulan ditutup,” kata Kemat yang mengenakan kaca mata hitam dan rambut cepak.
Kemat ingin mendapatkan pengobatan. Sebab, menurut Kemat, semenjak keluar dari lembaga pemasyaratan, dadanya sering sesak. “Ini mengganggu saya kalau lagi bekerja,” kata Kemat, yang mengelola salon kecantikan.
Kemat berharap dapat minum air sakti dari Ponari agar penyakitnya bisa sembuh. Namun karena hingga pukul 12.00 WIB tidak ada kejelasan pengobatan dibuka kembali, akhirnya dia pulang. st8
Calo Dukun Cilik Beraksi Malam Hari, Kak Seto Kunjungi Ponari
Senin, 16 Februari 2009 | 8:37 WIB | Kategori: Mataraman | ShareThis
JOMBANG | SURYA-Sistem ‘buka-tutup’ praktik pengobatan dukun cilik Ponari, 10, memicu munculnya sejumlah calo pengobatan. Calo-calo ini beraksi malam hari –bermodus membawakan air pasien untuk dicelupi ‘batu sakti’ milik Ponari– dengan imbalan antara Rp 20.000-Rp 50.000 per pasien.
Para calo bekerjasama dengan oknum ‘panitia pengobatan’. Cara kerja mereka, setelah mendapatkan calon pasien, mereka menghubungi ‘panitia dalam’ yang memiliki akses langsung ke Ponari. Panitia itulah yang kemudian membawa air dari pasien untuk dicelupi batu ajaib milik dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Balongsari, Megaluh, Kabupaten Jombang, tersebut.
Yadi, 35, warga desa setempat, adalah satu dari beberapa calo tersebut. Ketika ditemui Surya, Minggu (15/2), Yadi mengaku sering mendapat order dari pasien untuk menyampaikan air dalam wadah botol maupun toples ke Ponari untuk dicelupi batu ajaib.
“Titipan itu saya serahkan ke panitia, kemudian diberikan kepada Ponari untuk dicelupi batu ajaib. Setelah itu air yang sudah dicelup batu saya kembalikan lagi ke pasien,” katanya.
Untuk jasanya, Yadi mengaku mendapat imbalan antara Rp 20.000-Rp 50.000 dari setiap pasien. Sebagian diberikan ke oknum panitia yang membantu.
“Biasanya hal itu dilakukan pada malam hari,” kata Yadi, yang bila siang hari bekerja sebagai tukang ojek di lokasi pengobatan Ponari.
Menurutnya, praktik bak calo itu bukan hanya dia yang melakukan melainkan juga oleh beberapa warga setempat. “Tapi kami harus betul-betul hati-hati. Karena, kalau sampai ketahuan pasien lain, mereka bisa marah,” tutur Yadi.
Hanya, Yadi enggan merinci jumlah penghasilan dari jasanya menjadi calo pengobatan itu setiap malam. Satu hal pasti, Yadi aktif mendekati calon-calon pasien yang menginap di sana, meski tetap secara rahasia alias diam-diam.
Seperti diberitakan, sejak sekitar sebulan lalu Ponari dikenal sebagai dukun cilik. Dia mengobati pasien dengan batu ’sakti’, yang diperoleh saat ada sambaran petir sewaktu hujan lebat. Cara pengobatan, Ponari memasukkan batu ke dalam air, dan air tersebut kemudian diminum pasien.
Keberadaan Ponari membuat ribuan calon pasien antre berdesakan, dan menelan empat korban jiwa. Sejak Kamis (12/2) polisi menutup praktik Ponari namun Sabtu (14/2) sore Ponari praktik kembali. Kabar lain, ayah Ponari, Khomsin, 42, dianiaya keluarga Dawuk, 35, saat meminta agar sang anak tak dieksploitasi sebagai dukun cilik. (Surya, 14/2).
Bertahan
Informasi yang diperoleh Surya, Minggu (15/2), pada hari Sabtu (14/2) praktik pengobatan Ponari ternyata hanya dibuka selama sekitar tiga jam. Adapun pada hari Minggu (15/2), murid kelas III SD ini tidak melakukan pengobatan. Padahal, ribuan warga tetap datang; bahkan sebagian dari mereka sudah beberapa hari bertahan di desa tersebut demi mendapatkan pengobatan.
Para calon pasien, Minggu (15/2), tampak lebih banyak dari sehari sebelumnya. Mereka berduyun-duyun datang ke lokasi setelah mendapat kabar bahwa sejak Sabtu (14/2) sore praktik Ponari dibuka lagi. “Kalau kemarin (Sabtu, Red) dibuka, hari ini saya yakin juga dibuka lagi,” kata Rif’atin, warga Desa-Kecamatan Bareng, Jombang.
Meskipun Minggu (15/2) siang turun hujan cukup lebat, namun ribuan orang tetap antre di depan tempat tinggal Ponari yang becek. Mereka membawa air dalam wadah masing-masing, menungu kesempatan air itu dicelup batu ajaib Ponari.
Ratusan warga di antara mereka sempat menerobos pagar bambu yang mengelilingi kediaman Ponari. Mereka kemudian menadahkan wadah air masing-masing ke air hujan yang mengucur dari genting rumah Ponari.
Sementara itu, dugaan eksploitasi terhadap Ponari mendapatkan perhatian serius dari Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPA) Seto Mulyadi alias Kak Seto. Pakar psikologi anak itu menyempatkan diri mengunjungi Ponari di tempat tinggalnya, Minggu (15/2) sore.
Kak Seto ditemani stafnya, Gufron, dan diantar Wakapolres Jombang, Kompol Deden Kimhar, Kasatrekrim, AKP Boby Tambunan, serta personel Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Jombang.
Rombongan Kak Seto tiba di lokasi sekitar pukul 17.30 WIB, dan langsung masuk ke rumah Dawuk, yang selama ini menjadi tempat menginap Ponari dan sang ibu, Mukharomah. Pertemuan berjalan tertutup sekitar 25 menit.
Seusai pertemuan, Kak Seto kepada Surya menceritakan, tujuan kedatangan dirinya untuk memberikan pengertian kepada Ponari dan keluarga bahwa hak-hak Ponari sebagai anak harus dilindungi. Menurutnya, Ponari menyatakan senang mengobati tetapi kalau jumlah pasien banyak tidak suka.
“Alasannya capek,” kata Seto seraya menambahkan, Ponari juga mengungkapkan keinginannya untuk kembali bersekolah. st8
——->> Bahan kajian…..
1. Denok (Dra Denok Wigati Msi, psikolog dari Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang) beranggapan, orang yang datang ke tempat Ponari sudah tersugesti. Dalam perasaan mereka sudah tertanam kuat, mereka akan sembuh setelah meminum air yang sudah dicelup batu milik Ponari. “Mereka memang merasa sudah sembuh dari sakitnya, tapi boleh jadi dalam pandangan orang lain tetap saja sakit,” kata Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi Undar ini. Pertanyaan: Apakah mungkin hanya dengan sugesti bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit termasuk juga lumpuh dan gila??? Jika para pasien tersebut tidak benar-benar sembuh, mungkinkah sampai begitu banyak yang datang????
2. Apa benar Ponari yang sakti ataukah batu itu yang sakti??? Apa benar manusia dan batu bisa punya kesaktian???
3. Kekuatan apa sebenarnya yang dapat menarik dan mensugesti puluan ribu orang sehingga mereka rela berbondong-dondong datang dari segala penjuru tempat untuk mencari kesembuhan ???
——-> Teman-teman bisa mendiskusikan fonomena Dukun Cilik Ponari ini. Apakah ini merupakan potret kebodohan, keawaman, keputus-asaan, kesyirikan manusia atau Anugerah Ilahi yang didatangkan guna kesembuhan massal bagi penyakit hamba-Nya??? Ataukah merupakan pertanda kegagalan para Ulama dalam membekali aqidah umatnya sehingga sekian banyak orang gampang terjebak berbuat syirik yang berarti mengorbankan imannya kepada Alloh sekedar ingin mendapatkan kesembuhan jasadnya??? Jika hal itu benar, apa penyebabnya???? ataukah merupakan bukti kegagalan pemerintah dalam menyediakan pelayanan penyembuahan untuk rakyaknya yang memadai sehingga kotoran bekas mandi si Dukun Cilik diyakini dapat menyembuhkan penyakit ???? Lepas dari semua itu….. kira-kira hikmah apa yang dapat kita petik disana??? Karena fenomena tersebut pasti tidak diciptakan oleh Alloh Ta’ala dengan sia-sia…… Oleh karenanya, kita jangan salah persangka, karena kita sendiri yang akan menerima akibatnya.
(malfiali, Februari 2009)