بسم الله الرحمن الرحيم
الله أكبر – 9 الله أكبر ولله الحمد
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا . لااله إلا الله وحده . صدق وعده. ونصر عبده. وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده . لااله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون .
الحمد لله . الحمد لله القائل : ولله على الناس حجّ البيت من استطلع اليه سبيلا.
واشهد أن لااله الاّ الله واحده لاشريك له الذى اصطفى لحجّه عبادا واجتبى لهم بقربه مواسما وعيادا واشهد أن سيّدنا محمدا عبده ورسوله الذى صدق الله له وعده وكان وعد ربّك حتما مقضيا .
فصلوات الله وسلامه عليه وعلى اله وصحبه الذين سلكوا سبيله وارتسموا طريقه . فحيوا حياة طيبة وعاشوا عيشة راضية.
أمّا بعد : فيا حاضرون المسلمون والمسلمات رحمكم الله اوصيكم وايّاي بتقوى الله فقد فاز المتقون . اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الاّ وانتم مسلمون .
قال الله تعالى : الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Allahu Akbar x3, Allahu Akbar Walillahilhamd
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Alhamdulillah di pagi yang indah ini kita kembali mendapat kesempatan untuk berkumpul di masjid yang mulia ini, menikmati hangatnya sinar mentari, meresapi sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil. Mengagungkan Ilahi Rabbi, dirangkai dengan sholat sunnah Idul Adha dua reka’at sebagai upaya kita mendekatkan diri kepada-Nya, sekaligus melahirkan rasa syukur yang tak terhingga atas segala kenikmatan hidup yang telah dianugerahkan kepada kita semua selama ini.
Marilah kita selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt dengan sepenuh hati. Kita niati hari raya ini sebagai langkah awal untuk memulai perjalanan hidup, mengarungi kehidupan yang penuh tantangan dan ujian, seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim a.s. dalam menjalani cobaan dan ujian dari Allah Yang Maha Tinggi.
Hari ini adalah hari yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Karena merupakan hari kemenangan bagi seorang Nabi penemu konsep ke-tauhidan dan ke-sabaran dalam berketuhanan. Sebuah penemuan ilmiyah maha penting dijagad raya, tak tertandingi nilainya dibandingkan dengan penemuan para ilmuan zaman sekarang. Karena berkat konsep ke-tauhidan dan ke-sabaran tersebut, orang beriman dapat melaksanakan kehidupannya dengan kuat, tabah, selamat dan berhasil di dunia maupun akhirat nanti.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Setiap orang besar, pasti tumbuh dari jiwa yang besar. Mentalnya kuat, pikirannya cerdas, emosinya stabil dan jasmaninya sehat wal afiat. Hal tersebut tentunya bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya melainkan harus dicapai, ditumbuhkembangkan, dibentuk dalam proses kehidupan dan jam terbang tinggi. Merupakan pencapaian yang dihasilkan oleh sistem “Tarbiyah Ilahiyah” dalam menghadapi tantangan hidup dan sistem kompetisi alam yang tidak ringan sehingga mereka mampu melahirkan karya besar. Seperti itulah sejarah mencatat, sebagaimana Allah Swt. telah mengabadikan peristiwa besar sepanjang sejarah kemanusian, seperti yang dialami Nabi Allah Ibrahim a.s beserta keluarganya.
Ujian-ujian hidup yang harus dilalui oleh manusia besar tersebut diantaranya. Pertama: Sejak masa mudanya, sekitar usia 16 tahunan, karena telah menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya, beliau diputuskan harus dibakar oleh Raja Namruj, namun Allah menolong dengan menjadikan api yang membakar terasa dingin dan selamat baginya. Allah Swt. mengabadikan peristiwa tersebut didalam surat Al-Anbiya ayat 78-79. Allah berfirman :
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69)
Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak.” Kami berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. (QS.Al-Anbiya/78-79)
Setelah Nabi Ibrahim a.s. berhasil mematahkan hujah kaumnya, menjelaskan kelemahan mereka, serta menampakkan kebenaran dalam menegakkan ketauhidan dan menghapuskan kebatilan dan kesyirikan, maka mereka membalasnya dengan menggunakan kekuasaan raja, lalu mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak”. (Al-Anbiya: 68)
Mereka kemudian mengumpulkan kayu bakar yang banyak sekali. Kayu-kayu bakar itu dikumpulkan di tanah yang cekung, kemudian mereka menyalakannya dengan api sehingga terjadilah api yang sangat besar yang belum pernah ada sebelumnya. Nyala api itu mengeluarkan percikan-percikan yang besar, dan nyalanya sangat tinggi. Nabi Ibrahim muda kemudian dimasukkan ke dalam sebuah alat pelontar batu besar atas saran orang Badui dari kalangan penduduk negeri Persia berbangsa Kurdi.
Ketika mereka melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam nyala api itu, Nabi Ibrahim mambaca doa, “Hasbunallah wa nikmal wakiil” (Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik Pelindung.)
Seperti yang disebutkan di dalam riwayat yang dikemukakan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas, pernah berkata, “Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik Pelindung,” “Kalimat inilah yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika ia dilemparkan ke dalam nyala api, juga yang diucapkan oleh Nabi Muhammad Saw. ketika ada orang berkata kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang kafir Mekah telah menghimpun bala tentara bersekutu untuk menyerang kalian, maka takutlah kalian kepada mereka.” Tetapi iman kaum mukmin justru bertambah tebal, dan mereka mengatakan, “Cukuplah Allah bagi kami. Dia adalah sebaik-baik Pelindung.” Allah mengabadikannya dengan firman-Nya:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
(Yaitu) orang-orang yang kepada mereka ada orang-orang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.(QS.Ali-Imran 3;173)
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw. Pernah dikatakan kepadanya seusai Perang Uhud, “Pasukan kaum musyrik telah menghimpun kekuatannya untuk menyerang kalian lagi, maka takutlah kalian kepada mereka.” Lalu Allah Swt. menurunkan ayat ini.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa Malaikat Jibril menampakkan diri kepada Nabi Ibrahim a.s. lalu bertanya, “Apakah kamu mempunyai hajad?” Nabi Ibrahim menjawab, “Apabila kepadamu, maka tidak ada. Tetapi jika kepada Allah, ada”. Atau dengan kalimat lain: “Allah mengetahui keadaanku, telah mencukupkan diriku untuk tidak meminta”.
Sa’id ibnu Jubair mengatakan, telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, malaikat penjaga hujan berkata, “Bilamana aku diperintahkan untuk menurunkan hujan, aku akan menurunkannya.” Akan tetapi, perintah Allah lebih cepat daripada perintah malaikat itu. Allah berfirman: “Hai api,, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. (Al-Anbiya: 69)
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Ujian berikutnya, ketika Nabi Ibrahim a.s diperintah menempatkan anggota keluarganya, anak dan istrinya di padang tandus terpencil dan tidak ada kehidupan. Hanya dengan bekal secukupnya, mempertaruhkan nyawa anak dan istri tercinta, hal itu bertujuan supaya mereka mendirikan sholat ditempat itu. Peristiwa tersebut diabadikan Allah di dalam firman-Nya berikut ini :
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS.Ibrahim; 37)
Ketika Nabi Ibrahim beranjak hendak meninggalkan anak dan Istrinya. Siti Hajar protes. Mengapa suaminya meninggalkan dirinya dan anaknya yang masih kecil di padang pasir tak bertuan. Seperti jamaknya manusia, dia menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberi putra.
Siti Hajar mengejar Nabi Ibrahim, dan berteriak: “Wahai Nabi Allah, mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini? Bagaimana kami bisa bertahan hidup ditempat seperti ini?” Tanpa menoleh Nabi Ibrahim terus melangkah meninggalkan keduanya, takut air matanya yang meleleh terlihat istrinya. Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran.
Siti Hajar masih terus mengejar sambil menggendong Ismail, kali ini dia menjerit keras dengan jeritan menembus langit, Dia bertanya lagi; “Apakah ini perintah Tuhanmu?” Kali ini Ibrahim, sang khalilullah, menghentikan langkahnya. Diam sejenak. Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seperti berhenti berhembus. Pertanyaan Hajar kali ini benar-benar membuat semua terkesiap.
Lalu Nabi Ibrahim membalikkan tubuhnya, dan berkata tegas ; “Iya, ini adalah perintah-Nya!”. Seketika Siti Hajar berhenti mengejar. Dia juga terdiam. Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua makhluk yang melihatnya. “Jikalau ini perintah dari Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Allah Yang Maha Pemurah akan menjaga kami.” Ibrahim pun beranjak pergi. Dilema itu punah sudah.
Ini adalah sebuah pengabdian, atas nama perintah Allah, bukan sebuah pembiaran karena kecemburuan antara manusia. Peristiwa Siti Hajar dan Nabi Ibrahim ini adalah romantisme keberkahan.
Contoh Ujian berikutnya adalah peristiwa sejarah yang terjadi antara Sofa dan Marwa. Di tempat Nabi Ibrahim meninggalkan Istri dan Anaknya. Ketika perbekalan hidup yang disiapkan sudah habis, sedangkan anaknya menangis tiada berhenti karena air susunya sudah mengering. Siti Hajar merasa khawatir terhadap kelangsungan hidup anaknya, Siti Hajar meminta pertolongan kepada Allah Swt. Ia berikhtiar, mondar-mandir antara Safa dan Marwah, dengan penuh rasa takut dan sangat mengharapkan pertolongan-Nya, sehingga akhirnya Allah membebaskannya dari kesusahan itu, dan mengusir rasa keterasingannya, melenyapkan kesengsaraannya, serta menganugerahkan kepadanya zamzam yang airnya merupakan makanan yang mengenyangkan dan obat penawar bagi segala penyakit.
Ketika anaknya, Ismail a.s. sudah hampir menghadapi sakarotul maut, sedang dirinya sendiri kehabisan tenaga karena tidak ada makanan yang dimakan, bahkan untuk membuka mata saja tidak sanggup, hanya bisa pasrah kepada Allah karena dia yakin bahwa semua ini terjadi atas kehendak-Nya, ditengah keadaan yang sangat kritis itu Siti Hajar mendengar ada suara seperti datang dari kejauhan. Tanpa membuka mata dia berkata : “ Hai yang memperdengarkan suara, siapapun Anda, jika mampu menolong, tolonglah kami”.
Ketika Siti Hajar membuka matanya, remang-remang dia melihat seorang laki-laki berdiri di hadapannya. Itulah Malaikat Jibril datang dalam bentuk manusia dan berkata: “Wahai hamba Allah yang baik, engkau jangan takut. Di tempat ini nantinya akan dibangun Baitullah oleh ayah anakmu itu, tempat orang beribadah kepada Allah”. Kemudian malaikat Jibril menancapkan tongkatnya di tanah pasir yang kering itu dan keluarlah air zamzam dari dalamnya.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Bahwasanya air zamzam yang kemanfaatannya sampai sekarang bisa dirasakan oleh umat manusia di seluruh dunia, entah sudah berapa tahun lamanya, ternyata sumbernya dipancarkan oleh Allah sebagai buah ketaatan seorang istri kepada suaminya dan keyakinan hatinya kepada Tuhannya. Air yang penuh berkah itu diterbitkan dari penderitaan dahsyat dan pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh hamba-hamba yang dicintai oleh-Nya. Peristiwa sejarah tersebut kemudian diabadikan Allah dengan firman-Nya berikut ini.
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ (158
Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.(QS,Al-Baqoroh 2/158)
Ujian berikutnya adalah cobaan yang sangat berat, dimana seorang ayah melalui mimpinya diperintah menyembelih putranya tercinta. Putra satu-satunya saat itu yang digadang-gadang bisa meneruskan silsilah keluarga. Peristiwa tersebut diabadikan Allah Swt. dengan firman-Nya:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab, “Hai Bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 103-102)
Yang dimaksud dengan Anak ini adalah Nabi Ismail a.s., bukan Nabi Ishaq a.s., karena sesungguhnya dia adalah anak pertama Nabi Ibrahim yang sebelum kelahirannya, dia telah mendapat berita gembira mengenainya. Dia lebih tua daripada Nabi Ishaq, menurut kesepakatan kaum muslim dan kaum Ahli Kitab, bahkan di dalam nas kitab-kitab mereka disebutkan bahwa ketika Ibrahim mempunyai anak Ismail, beliau berusia delapan puluh enam tahun. Dan ketika mempunyai anak Ishaq, usia beliau sembilan puluh sembilan tahun.
Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para nabi itu adalah wahyu, kemudian ia membaca firman-Nya: Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” (Ash-Shaffat: 102)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “رُؤْيَا الْأَنْبِيَاءِ فِي الْمَنَامِ وَحْي”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Mimpi para nabi itu merupakan wahyu.
Nabi Ibrahim memberitahukan mimpinya itu kepada putranya agar putranya tidak terkejut dengan perintah itu, sekaligus untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta keyakinannya sejak usia dini terhadap ketaatannya kepada Allah Swt. dan baktinya kepada orang tuanya. : “Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (Ash-Shaffat: 102). Maksudnya, langsungkanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu untuk menyembelih diriku: “insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash-Shaffat: 102).
Setelah keduanya mengucapkan persaksian dan menyebut nama Allah untuk melakukan penyembelihan, yakni ber-tasyahhud untuk mati. Menurut pendapat yang lain, aslama artinya berserah diri dan patuh. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail melaksanakan perintah Allah Swt. sebagai rasa taat keduanya kepada Allah, dan bagi Ismail sekaligus berbakti kepada ayahnya. Makna tallahu lil jabin ialah merebahkannya dengan wajah yang tengkurap dengan tujuan penyembelihan akan dilakukan dari tengkuknya dan agar Ibrahim tidak melihat wajahnya saat menyembelihnya, karena cara ini lebih meringankan bebannya.
Imam Ahmad mengatakan, dari Ibnu Abbas r.a. berkata bahwa ketika Nabi Ibrahim a.s. diperintah mengerjakan manasik, setan menghadangnya di tempat sa’i. Kemudian Malaikat Jibril a.s. membawa Nabi Ibrahim ke jumrah ‘aqabah, dan setan kembali menghadangnya; maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil hingga setan itu pergi. Kemudian setan menghadangnya lagi di jumrah wusta, maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil.
Kemudian Ibrahim merebahkan Ismail pada keningnya, saat itu Ismail mengenakan kain gamis putih, lalu Ismail berkata kepada ayahnya, “Hai Ayah, aku tidak mempunyai pakaian untuk kain kafanku selain dari gamis yang kukenakan ini, maka lepaskanlah kain ini agar engkau dapat mengafaniku dengannya.” Maka Ibrahim bermaksud menanggalkan baju gamis putranya itu. Tetapi tiba-tiba ada suara yang menyerunya dari belakang: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat: 104-105); Maka Ibrahim menoleh ke belakang, tiba-tiba ia melihat seekor kambing gibasy putih yang bertanduk lagi gemuk.
Di dalam riwayat yang lainnya, as-Saddi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. sempat menggorokkan pisaunya, tetapi tidak dapat memotong sesuatu pun, bahkan dihalang-halangi antara pisau dan leher Nabi Ismail dengan lempengan tembaga. Lalu saat itu juga Ibrahim a.s. diseru: sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat: 105)
Allahu Akbar x3, Allahu Akbar Walillahilhamd
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Itulah peristiwa sejarah yang tidak hanya menggetarkan jagat raya saja, namun juga Kerajaan langit dan bahkan seluruh alam semesta ikut bergetar. Peristiwa sejarah kemanusiaan yang tidak akan pernah dilupakan, karena telah diabadikan Allah di dalam al-Qur’an al-Karim dan juga di dalam manasik haji yang dilakukan umat Islam sepanjang masa. Perjalanan hidup manusia-manusia pilihan yang telah membuka sumber keberkahan dunia akhirat itu, sekarang kita peringati di Masjid ini dengan melaksanakan sholat Idul Adha berjamaah dan penyembelihan hewan kurban bersama-sama seluruh kaum muslimin seluruh dunia. Dengan harapan semoga keberkahannya sumerambah kepada kita semua, baik yang duduk di sini terutama kepada saudara-saudara kita yang telah mengamanatkan kurbannya untuk kita laksanakan bersama disini.
Peristiwa itu tidak hanya kita peringati saja, tapi juga harus mampu kita teladani dan kita jadikan pelajaran hidup sesuai kemampuan kita. Bahwa tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan dan tidak ada pengorbanan tanpa kesabaran karena setiap kebajikan pasti penuh tantangan, ujian dan kesulitan.
Kalau sejarah telah mengajari kita seperti itu, seperti kesabaran dan pengorbanan yang dicontohkan oleh manusia-manusia panutan umat sepanjang zaman itu, kemudian kita ingat diri kita masing-masing, kesabaran apakah kiranya yang sudah kita lakukan dan pengorbanan yang bagaimana yang pernah kita berikan dalam rangka melaksanakan pengabdian hakiki kepada Allah Swt …? Pengorbanan yang seperti apa yang pernah kita lakukan untuk menyiapkan keberhasilan hidup kita sendiri dimasa mendatang ..?
Mekkah Al-Mukarromah sebagai tempat terjadinya peristiwa sejarah tersebut, yang tanahnya terdiri dari batu dan pasir yang tidak menghasilkan apa-apa, kini menjadi tempat yang paling kaya dan paling makmur di dunia. Tanah yang tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam, tapi buah-buahan dan sayuran yang ada diseluruh dunia tersedia disana. Itu membuktikan bahwa kesabaran dan pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya tersebut tidak sia-sia. Kesabaran dan pengorbanan itu terbukti mampu memancarkan keberkahan Allah untuk umat manusia. Lalu apakah kita masih kurang yakin untuk melaksanakan kesabaran dan memberikan pengorbanan dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan menerima ketentuan dan takdir-Nya, padahal kesabaran dan pengorbanan itu akan memberikan manfaat yang besar kepada diri kita sendiri ….?
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Jika diatas kita sebutkan bahwa kebesaran jiwa yang menjadi sarat mutlak yang menjadikan pemiliknya menjadi orang besar, hal tersebut tidak datang dengan sendirinya melainkan didapat sebagai buah atau hasil kesabaran dalam melaksanakan pengorbanan yang besar, maka kita boleh mengambil beberapa point yang bisa kita jadikan pelajaran dan sebagai kunci rahasia yang menjadikan seseorang mampu mendapatkannya.
- Orientasi hidup yang jelas dan konsisten, yakni hanya untuk mengabdi kepada Allah Swt. dan berjuang di jalan-Nya dengan bersungguh-sungguh, bukan untuk mengumpulkan harta benda dan mencari kepuasan nafsu syahwat.
- Iman yang kuat dalam melandasi hidup untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt. dan berprasangka baik serta pasrah dan tawakkal kepada setiap ketetapan dan takdir Allah Swt.
- Membaca doa kunci untuk membuka pintu ijabah langit seperti yang diajarkan oleh Allah kepada hamba yang beriman kepada-Nya.
Adapun doa kunci yang perlu kita cermati dalam peristiwa besar tersebut, yakni merupakan bacaan yang terbukti mampu menurunkan titah langit sehingga merubah hukum alam di muka bumi. Api yang mestinya panas menjadi dingin dan menyelamatkan bagi Nabi Ibrahim a.s., bacaan mana yang ternyata juga dibaca oleh Baginda Rasulullah Saw. ketika Beliau sedang menghadapi masalah besar, hati yang harusnya takut dan khawatir menjadi tentram. Yakni kalimat “Hasbunallah wanikmal wakil”. Merupakan doa yang diabadikan Allah di dalam dua peristiwa besar tersebut, dan yang telah dilakukan oleh dua orang besar dalam sejarah kemanusiaan.
Dengan hati beriman dan membaca doa tersebut, Nabi Ibrahim diselamatkan dari panasnya api dan Rasulullah beserta sahabatnya diselamatkan dari panasnya rasa takut dan kuatir.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Seringkali dalam hidup ini kita dihadapkan dengan masalah yang berat yang terkadang seakan-akan diluar kemampuan kita untuk mengatasinya, sehingga kita jadi bingung, takut, cemas kuatir dan was-was, kondisi mana jika diperturutkan berkepanjangan bisa menyebabkan stress dan depresi. Ternyata manusia-manusia pilihan tersebut juga pernah mengalaminya. Namun oleh karena iman mereka kuat, jiwa mereka dekat dengan Allah sehingga diajari membaca doa yang ijabah itu, maka mereka mampu menemukan jalan keluar untuk menyelesaikannya.
Ini juga merupakan pelajaran berharga bagi kita kaum Muslimin. Dengan iman yang kuat, hati yang yakin atas pertolongan Allah kepada hamba-Nya dan terus-menerus berdoa dengan kalimat yang diajarkan kepada Nabi Ibrahim dan Rasulullah tersebut, insya Allah kita selalu diberi jalan keluar dan kemampuan untuk mengatasi segala tantangan hidup sehingga kemenangan dari Allah diturunkan kepada kita semua, menjadi orang yang sukses dan bahagia dunia akhirat, amiin YRA.
قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون :
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم . وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين
Disusun oleh: Muhammad Luthfi Ghozali
Sumber Rujukan : Tafsir Ibnu Katsir.