بسم الله الرحمن الرحيم
الله أكبر –9 . الله أكبر ولله الحمد .
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا . لااله إلا الله وحده . صدق وعده. ونصر عبده. وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده . لااله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون
الحمد لله القائل : وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا . الحمد لله رب العالمين , والصلاة والسلام على المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْن , وعلى آله وصحبه حَمَلَةَ لِوَاءِ الدِيْن , وَاَنْجَمَ الهِدَايَةِ لِلْمُقْتَدِيْنَ وَالوَاصِلِيْن
اشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين . واشهد أن محمد عبده ورسوله النور المبين والسراج المنير خاتم النبيي
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله واصحبه وأزواجه وذرياته ومن تبعهم إلى يوم الدين أما بعد : فيا إخوان الكرام , اتقوا الله تعالى 3x فقد فاز المتقون. قال الله تعالى في القران الكريم : وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ . وقال ايضا : وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
بسم الله الرحمن الرحيم
Allahu Akbar x3, Allahu Akbar x3, Allahu Akbar x3, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Setelah orang-orang beriman bersama-sama melaksanakan ibadah vertical dan juga horizontal dengan sempurna sebulan penuh di bulan suci Ramadhan. Setelah mereka menunaikan kewajiban puasa selama tiga puluh hari penuh, malamnya mendirikan shalat tarawih dan sholat sunnah yang lain serta tadarus dengan khusu’, lalu menjelang 1 Syawal menunaikan zakat fitrah dan shadaqah dengan baik, sehingga diterima dengan baik pula, baik oleh orang yang berhak menerima dan juga di sisi Allah Swt., maka pada tanggal 1 Syawal ini anak cucu Adam tersebut kembali kepada fitrahnya. Kembali suci bersih seperti saat dilahirkan oleh ibunya.
Alhamdulillah. Hari ini hari raya idul fitri 1 Syawal 1440 H. Sejak kemarin sore sampai malamnya dan hingga fajar pagi hari, dari segala penjuru bumi, kalimat takbir, tahmid dan tahlil dikumandangkan bersama-sama oleh orang-orang beriman. Mereka serentak melahirkan rasa syukur atas segala anugerah, nikmat dan hidayah. Kalimat Takbir yang mampu membangkitkan semangat hidup, memeras hati dan menguras air mata. Kalimat Tahmid yang mampu menghidupkan hati mati, menggugah jiwa kikir dan malas, mengingatkan yang lalai dan alpa, melapangkan perasaan dan menyehatkan pikiran. Maka yang sedih sirna menjelma jadi gembira, derita dan nestapa menjadi suka dan bahagia. Hati yang kasar dan keras menjadi halus dan lentur, dendam dan iri dilupakan, dosa dan salah dimaafkan. Ibarat bongkahan batu es yang selama setahun penuh membeku dan membatu, penyakit kehidupan tersebut hari ini mencair. Melebur menjadi satu di dalam keluasan air samudera kenikmatan azali, meleleh bersama tetesan air mata penuh haru dan bahagia, mengalir seiring irama takbir yang syahdu dan bertalu-talu. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd.
Ketika hati manusia telah menjadi putih bersih, kembali kepada fitrahnya, maka takbir disemaikan di dalamnya, agar Allah Taala benar-benar terasa Besar di sana, selanjutnya supaya dunia dan isinya menjadi kecil sehingga selamanya tidak akan pernah mengusik hatinya lagi walau orang beriman harus bergelimang dengannya.
Paginya, di masjid-masjid yang mulia ini, dengan seluruh yang dimiliki, baik ucapan perbuatan maupun rasa, bersama seluruh sanak keluarga, handai taulan, hamba-hamba yang sedang rindu kasih kepada Junjungannya itu bersama-sama melebur menjadi satu. Larut dalam rasa dan nuansa yang haru. Menyatukan pikiran dan perasaan untuk menghadap kepada-Nya, untuk melahirkan kebesaran itu. Melahirkan rasa syukur, bahwa dengan Kebesaran itu, kali ini mereka mampu membesarkan-Nya.
Allahu Akbar x3, Allhu Akbar Walillahil Hamd
Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Idul Fitri artinya kembali kepada fitrah. Maksudnya manusia kembali kepada fungsinya semula, kembali kepada kondisi seperti tujuan penciptaanya pada zaman azali, yakni kembali menjadi seorang kholifah Allah di muka bumi, dalam arti kembali kepada kedudukan yang mulia seperti saat manusia pertama masih tinggal di surga dahulu. Kedudukan yang menjadikan iblis iri kepada manusia lalu membangkang perintah Allah sehingga menjadi terlaknat dan kafir selama-lamanya. Kembali kepada kedudukan yang dahulu pernah diingini oleh para malaikat namun mereka tidak bisa sampai kepadanya. Kedudukan dan kondisi mana yang dinyatakan Allah dalam beberapa firman-Nya diantaranya :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.(QS.Al-Baqoroh;2/30)
Juga firman-Nya :
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.(QS.Al-Baqoroh;2/34)
Itulah maqom atau kedudukan mulia yang pernah dianugerahkan Allah Swt. kepada manusia pertama di surga, Nabi Adam AS. Dengan maqom tersebut menjadikan manusia layak diikuti para malaikat yang mulia untuk menjadi pendamping hidupnya, hal tersebut sama dengan apa yang dinyatakan Allah di dalam firman-Nya yang lain :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.–Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; … (QS.Fussilat;41/30-31)
Tidak hanya para malaikat saja yang berpotensi menjadi pendamping manusia, dengan maqom kholifah itu bahkan Iblis juga diperintah mengabdi kepada Nabi Adam AS. akan tetapi Iblis membangkang perintah tersebut karena sombong dan iri hati sehingga dilaknat dan menjadi kafir. Nabi Adam AS. karena terpeleset berbuat salah di surga, menzalilimi diri sendiri dengan berbuat dosa, maka harus diturunkan ke bumi dan meninggalkan kedudukan mulia itu di surga. Namun berkat rahmat dan ampunan Allah kepadanya serta usaha yang sungguh-sunguh dalam bertaubat dan berbenah diri, akhirnya kedudukan itu berhasil diraih kembali, akan tetapi tidak di surga, melainkan di dunia. Maqom Kholifah itu gunanya untuk dijadikan kendaraan yang bisa kendarai selama hidupnya di dunia supaya nantinya bisa kembali tinggal di surga selama-lamanya, menggapai kembali kenikmatan hidup yang pernah ditinggalkannya dahulu.
Jadi dengan maqom kholifah bumi itu bukan supaya manusia menjadi sakti mandraguna. Bukan supaya bisa mengerakkan angin atau memindahkan hujan sekehendak hatinya. Bukan untuk bisa memegang daun menjadi uang. Bukan untuk bisa melipat bumi sehingga perjalanan jarak jauh menjadi secepat kilat. Bukan untuk bisa mendatangkan uang ghaib yang katanya tersimpan di kuburan keramat. Bukan untuk bisa menggandakan uang yang akhirnya menjadi kasus penipuan. Maqom kholifah bumi bukan merupakan sarana untuk mendapatkan kelebihan-kelebihan hidup supaya orang menjadi kaya dan mulia, meskipun terkadang seorang hamba memang bisa mendapatkan kelebihan-kelebihan secara individu yang dianugerahkan kepadanya, seperti mu’jizat para Nabi dan karomah para Wali. Tetapi bukan kelebihan individu itu yang identik dengan maqom kholifah bumi, melainkan dengan maqom mulia itu supaya seorang hamba menjadi bertakwa kepada Tuhannya sehingga layak menjadi penghuni surga dan mendapatkan ridho-Nya di dalamnya.
Allahu Akbar x3, Allhu Akbar Walillahil Hamd
Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Kholifah Bumi artinya manusia sebagai pengganti Allah di muka bumi, dalam arti menjadi wasilah untuk tersampaikannya rahmat dan hidayah Allah kepada kehidupan di muka bumi, baik kepada manusia yang berhak menerima ataupun kepada makhluk lain. Dengan rahmat Allah itu, sebagai rahmatan lil alamiin, bahkan menjadikan binatang buas sayang kepada anak-anaknya. Menjadikan sesama manusia mampu saling memaafkan kesalahan, saling berbagi kasih sayang dan saling menolong. Bahkan dari doa-doa dan mujahadah yang dilakukan oleh Para kholifah bumi itu, dengan izin Allah terkadang hujan di suatu daerah diturunkan atau dipindahkan. Namun itu bukan untuk unjuk kesaktian atau pamer kekuatan, seperti yang sering dipertontonkan oleh para pendekar jadugan zaman sekarang, melainkan supaya tanah yang asalnya tandus menjadi subur, bibit unggul bisa ditanam lalu tumbuh dan berbuah, supaya kebutuhan hidup manusia menjadi kecukupan dan mendapat keberkahan.
Oleh karenanya, manusia pilihan itu terkadang berfungsi seperti seorang petani. Membuka hutan, menggarap tanah, mengairi sawah, menanam bibit unggul, menjaga kebun-kebun dari hama dan penyakit tanaman dan kemudian memetik buahnya. Hal itu mereka lakukan baik di tanah lahir maupun tanah batin, di permukaan bumi atau di dalam hati sanubari manusia.
Awalnya mereka sendirian, datang di suatu daerah untuk menebarkan rahmat Allah dan menancapkan iman di dalam rongga. Namun itu tidak dilakukan dengan mengadakan pengajian umum atau ceramah ilmiyah, melainkan dengan doa-doa dan munajat yang mereka lakukan siang malam secara rahasia, sebelum kemudian mereka melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Selanjutnya mereka mengajarkan ilmu Agama kepada setiap orang yang datang, kemudian bersama-sama mengamalkan ilmu tersebut, melaksanakan ibadah dan pengabdian hakiki, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Akhirnya, berkat kegigihan mereka dalam bercocok tanam dan mengabdi, masyarakat menjadi tertarik hatinya untuk datang dan berkumpul dengan petani sejati itu, lalu bersama-sama mengadakan majlis dzikir secara istiqomah sehingga terbentuklah komunitas dzikrullah dan thoriqoh yang terbimbing oleh guru-guru ahlinya.
Mereka bersama-sama berdzikir dan berjuang di jalan Allah sehingga tanah yang mereka tinggali itu, yang asalnya sepi terpencil menjadi rame dan penuh berkah. Masyarakat berbondong-bondong tertarik datang meski tidak untuk ikut menjadi bagian dari jamaah, melainkan sekedar bergabung dan nyadong berkah. Itu bisa terjadi, karena pintu rahmat Allah di tanah tersebut berhasil mereka buka bersama, sumbatan-sumbatan hidup yang selama ini menghambat distribusi rizki langit berhasil mereka bobol, itu berkat pelaksanaan majlis dzikir dan munajat yang mereka adakan secara istiqomah siang dan malam dengan berjamaah.
Jadi, ketika ibadah vertikal yang Anda lakukan selama hidup ini dan terutama di bulan suci Ramadhan yang mulia ini, telah mewariskan rasa kasih sayang di hati Anda kepada sesama makhluk Allah, tidak sombong dan tidak hasud kepada sesama manusia, mudah memaafkan kesalahan mereka, ringan tangan membantu kesulitan orang lain, maka itu pertanda bibit yang Anda tanam sudah mulai berbuah. Dalam arti sedikit demi sedikit Anda telah kembali meraih maqom yang pernah ditinggalkan dahulu oleh nenek moyang manusia tersebut, menapaki tahapan derajat seorang kholifah bumi zamannya, maka jangan mudah merasa puas dengan pencapaian itu, lanjutkanlah terus melangkah dalam berbuat kebaikan dan berlomba-lomba dalam kebajikan, baik secara lahir maupun batin, kerena tingkat derajat kholifah bumi tersebut disisi Allah tidak terbatas jumlahnya.
Untuk proses pendewasaan jiwa, yang asalnya ringkih menjadi kuat, yang asalnya loyo semangatnya menjadi bergairah, sehingga tidak hanya jiwanya sendiri yang hidup, melainkan juga menghidupkan jiwa orang-orang yang ada disekitarnya, maka bulan Ramadhan berikut seluruh isi yang terkandung di dalamnya, termasuk malam seribu bulan, sangat perlu sekali diadakan dan dihidupkan setiap tahun. Hal tersebut bukan untuk memberatkan manusia, melainkan untuk melatih jiwa-jiwa mereka supaya menjadi jiwa yang perkasa, ulet dalam berusaha dan tahan uji dalam menghadapi masalah, karena jiwanya selalu dekat dengan kasih sayang dan pertolongan Tuhan Semesta Alam.
Allahu Akbar x3, Allhu Akbar Walillahil Hamd
Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Allah Swt. berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi” dan para malaikat bertanya: “Mengapa Engkau hendak menjadikan seorang khalifah di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?” kemudian Allah Swt. menjawab: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. al-Baqarah; 2/30)
Sejak saat itu seakan-akan Allah hendak membuktikan kebenaran firman-Nya tersebut (Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui), bahwa seorang manusia tidak selalu seperti yang disangkakan oleh para malaikat itu. Manusia bahkan ada yang mendapatkan kemuliaan melebihi Malaikat, karena memang malaikat diciptakan untuk manusia tidak sebaliknya, bukan manusia diciptakan untuk malaikat. Sebagai pembuktian kebenaran firman-Nya tersebut, Allah Swt. selalu memberi fasilitas dan pertolongan kepada hamba-hamba yang beriman yang dipilih dan dikehendaki menjadi seorang khalifah-Nya di muka bumi. Dengan sebab itu dapat dimengerti, jika kemudian dari kalangan umat terdahulu sebelum Baginda Rasul diutus, diantara mereka, disamping ada yang mendapatkan kesempatan hidup dengan usia panjang, juga diberi kekuatan ibadah yang prima.
Rasul Saw. menceritakan keadaan kaum terdahulu itu kepada para sahabat, ada empat orang pilihan dari kaum Bani Israil yang telah beribadah selama 80 tahun dengan tanpa pernah berbuat maksiat di dalamnya. Di antaranya, Nabi Ayub, Nabi Zakaria dan lain-lainnya (Alaihim ash-shalatu was salam), mereka itu dari kalangan umat Bani Israil yang utama. Para sahabat kagum mendengarnya, hingga malaikat Jibril AS. turun dan berkata: “Wahai Muhammad, apakah engkau dan sahabatmu kagum, karena mereka telah beribadah selama 80 tahun tanpa pernah berbuat maksiat? Sungguh Allah telah menurunkan untukmu dan umatmu suatu malam yang lebih baik dari itu“. Kemudian malaikat Jibril AS membacakan suatu ayat dari firman-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sungguh Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadr” (sampai akhir surat).
Lalu malaikat Jibril AS. berkata: “Ini lebih utama dari apa yang engkau kagumi bersama sahabatmu itu”. Baginda Nabi Saw. bergembira dengannya, dan bahkan diriwayatkan, para Sahabat tidak pernah menunjukkan rasa kegembiraan kepada sesuatu sebagaimana mereka gdeembira ngan Firman Allah Swt. tersebut, yakni: “Khairun Min Alfi Syahrin”, yang artinya lebih baik dari seribu bulan.
Dikatakan “lebih baik dari seribu bulan”, karena sungguh Malam Qadr merupakan momentum yang sangat penting bagi orang beriman, dimana saat itu mereka berkesempatan meng-Update dan meng-Upgrade jiwanya. Meng-Update dalam arti membersihkan dari kotoran basyariyah yang berpotensi menghambat sistem kinerjanya dan meng-Upgrade dalam arti meningkatkan kapasitas dan kemampuan kerjanya. Tidak ada lagi momentum yang paling utama dalam setahun sekali selain bulan Ramadhan dengan Malam Qadrnya. Keutamaan yang selalu ditunggu dan dicari oleh orang beriman sejak zaman dahulu. Sejak zaman sahabat, tabi’in dan tabi’it-tabi’in hingga sampai saat ini, terlebih oleh orang-orang yang mengetahui hikmah dan manfaatnya. Oleh karena itu, jika bulan suci Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita, sedang kapasitas dan kemampuan hidup kita belum juga ada peningkatan ke arah yang lebih baik, maka itu pertanda upaya benah-benah diri kita selama setahun penuh ini gagal total, itulah kerugian yang nyata. Wal Iyyadzu Billah.
Allahu Akbar x3, Allhu Akbar Walillahil Hamd
Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Sekarang coba kita muhasabah diri, instrospeksi, sebelum orang lain yang melakukannya. Setelah kita melewati bulan yang penuh berkah ini, bulan Ramadhan yang salah satu malamnya ada Malam Qadr. Siangnya kita puasa, malamnya sholat taraweh dan tadarrus, bahkan sejak 10 hari sebelum bulan rajab, kita sudah memasuki masa pelaksanaan “Suluk Rojaban” selama 40 hari dan kemudian masuk bulan Sya’ban dengan melaksanakan Haflah Haul dan Akhirussanah, kesempatan berharga yang kita temui setiap tahun yang tidak dapat ditemukan di luar dunia pesantren, dengan itu semua, sudahkah terlihat ada tanda-tanda positif dalam hidup dan kehidupan kita ..??
Yang dimaksud tanda positif itu berupa terbitnya semangat baru dalam jiwa untuk lebih berbenah. Terbitnya kesadaran untuk selalu meningkatkan kapasitas dan kualitas hidup, baik untuk kehidupan lahir maupun batin, baik untuk diri sendiri maupun keluarga, dari kemauan, pikiran kemudian tindakan, adakah semua itu sudah terprogam dengan konkrit ? Jika sudah, maka kita patut bersyukur bahwa perjalanan hidup kita setahun ini sudah mulai menampakkan buahnya, meski kita harus menindaklanjuti buah ibadah tersebut dengan usaha yang bersugguh-sungguh. Namun jika tidak berarti kita termasuk orang yang sangat merugi, seperti itik berenang mati kehausan.
Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Kita adalah makhluk hidup yang tidak harus bisa hidup saja, tetapi juga harus mampu menghidupi orang lain yang menjadi tanggungan kita. Sebagai seorang kepala rumah tangga, suami misalnya, kita harus mampu menghidupi keluarga kita, anak dan istri kita. Karenanya, jika kita tidak mampu mencukupi kebutuhan kita sendiri, maka yang terjadi, kita tidak beda seperti pohon benalu, makan jatah orang lain karena kita tidak mampu mencari jatah makan sendiri, maka itulah gambaran kehidupan yang gagal total.
Seorang laki-laki memang sering dihinggapi penyakit jiwa yang mematikan, malas dan kikir. Kikir dalam arti tidak peduli dengan kebaikannya sendiri. Akibat adanya dua penyakit tersebut, maka sistem distribusi rizki langit untuknya jadi terganggu, bahkan bisa jadi macet total. Terlebih ketika orang yang menjadi tanggungannya, istri atau anaknya mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, maka dua penyakit tersebut semakin menjadi-jadi. Keburukan sering kali dijadikan alasan yang tidak masuk akal demi pembenaran untuk menutupi penyakit yang memalukan itu. Hal tersebut bisa terjadi karena nalar kemanusiaa orang tersebut sudah mati. Jika terjadi hal yang demikian, maka fungsi utama dari momentum bulan Rojab, Sya’ban dan Ramadhan mestinya mampu dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh, yakni untuk menghidupkan kembali nalar yang terlanjur mati tersebut. Seperti air hujan yang menyuburkan tanah gersang. Itu kalau kita sadar sakit dan sadar sembuh, sehingga kita mampu memanfaatkan momentum tersebut, berjuang dan berusaha untuk menggapai rahmat Allah yang sedang digelar saat itu, supaya nalar yang mati tersebut bisa hidup kembali. Jika tidak, maka tidak ubahnya kita seperti bangkai hidup yang tiada guna.
Kehidupan nalar yang mati tersebut disingung Allah Swt. dengan firman-Nya berikut ini :
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا
Dan bukankah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?.(QS.Al-Anam;6/122)
Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Semoga momentum Idul Fitri tahun ini, kesempatan yang sangat berharga bagi kita semua untuk melaksanakan muhasabah diri dan instrospeksi, hal tersebut benar-benar bisa kita jadikan monumen yang berharga untuk hidup kita, kenangan hidup yang bisa membawa pelajaran dan pembelajaran yang bermanfaat dalam jangka panjang, baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti sehingga kita termasuk orang yang mendapat kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Aamiin YRA.
قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون : إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم . وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين
Al-Faqir , Muhammad Luthfi Ghozali