بسم الله الرحمن الرحيم
اللهُ أكْبَرُ × 9
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ غَيْرِ الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ. اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى سيّدِنَا وحَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
: قال الله تعالى فى القران الكريم
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Sungguh tiada hentinya Allah telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada seluruh hamba-Nya, umat manusia di seluruh belahan bumi ini, baik kepada yang taat kepada-Nya maupun yang membangkang, kepada yang percaya maupun yang ingkar, kepada yang banyak dosa maupun yang ahli ibadah, semua mendapatkan rahmat-Nya tanpa kecuali sesuai dengan amal perbuatannya dan juga kepada kita semua. Terlebih disaat bertepatan dengan momentum yang sangat berbahagia seperti ini, dimana kita ditakdirkan dapat berkumpul di suatu tempat yang mulia ini dan diterima disisi-Nya untuk bersimpuh dihadapan-Nya. Menghadapkan segala kerendahan dan kehinaan diri di hadapan kebesaran Dzat Yang Maha Mulia dan Perkasa. Menghaturkan segala hajad dan kebutuhan hidup di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa untuk mengabulkan doa-doa dan segala harapan hamba-Nya. Curhat atas segala kelemahan diri dan dosa-dosa di hadapan Allah yang Maha Pengampun dan penerima taubat orang yang mau bertaubat kepada-Nya.
Di masjid yang mulia ini, kita bersama-sama melaksanakan sholat Idul Adha dengan seluruh rangkaiannya yang kemudian seusainya insya Allah akan kita lanjutkan dengan penyembelihan hewan Qurban yang dagingnya kita bagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, hal itu kita lakukan atas perintah Allah dalam rangka memperingati kejadian besar dalam sejarah kemanusiaan yang tiada tandingnya, yakni pengorbanan hidup yang dilakukan oleh manusia-manusia pilihan, Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. semoga Allah menambahkan rohmat dan barokah kepada mereka dan menerima amal ibadah kita semua dengan penerimaan yang baik dan mengabulkan segala doa-doa dan harapan kita, amiin YRA.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Habiibina Baginda Nabi Muhammad SAW. Yang dengan perjuangan dan pengorbanan pula Beliau telah berhasil menancapkan sendi-sendi iman dan tauhid di dada umatnya, juga kepada keluarga dan sahabatnya serta pengikut-pengikutnya sampai hari kiamat yang telah melanjutkan tongkat estafet dan komando kepemimpinan, sambung menyambung hingga sampai sekarang yang hasilnya bisa kita nikmati sampai saat ini.
Salah satu pengorbanan besar yang dilakukan oleh manusia besar sepanjang zaman itu yang diabadikan Allah dalam firman-Nya, sungguh telah menjadi pondasi yang kokoh kuat ketika Allah berkehendak membangun dan memakmurkan kota Mekkah Al-Mukarromah. Pengurbanan yang sama sekali tidak masuk di akal sehat manusia, betapa seorang ayah atas isyarat mimpi harus menyembelih satu-satunya putra tercinta dan ternyata mereka berdua dapat laksanakannya dengan sempurna.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Allah Swt mengabadikan peristiwa sejarah itu dengan firman-Nya, ketika Nabi Allah Ibrahim, Alaa Nabiyyina wa alaihish sholatu was salam berkata:
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (99) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (108) سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111)
Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab, “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, “sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (yaitu).”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para nabi itu adalah wahyu, kemudian ia membaca firman-Nya: Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimana menurut pendapatmu!” (Ash-Shaffat: 102)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ الْجُنَيْدِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الملك الكرندي، حدثنا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ إِسْرَائِيلَ بْنِ يُونُسَ، عَنْ سِمَاك، عَنْ عِكْرِمَةَ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “رُؤْيَا الْأَنْبِيَاءِ فِي الْمَنَامِ وَحْي”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Abu Abdul Malik Al-Karnadi, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Israil ibnu Yunus, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Mimpi para nabi itu merupakan wahyu.
Dan sesungguhnya Nabiyullah Ibrahim memberitahukan mimpinya itu kepada putranya berkaitan dengan perintah Allah yang sangat berat sehingga membutuhkan kesiapan berkurban atas keduanya, Namun Nabi Ismail as menjawab dengan penuh kemantaban :
{قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ}
Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (Ash-Shaffat: 102)
Maksudnya, laksanakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu untuk menyembelih diriku.
{سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ}
insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash-Shaffat: 102)
Yakni aku akan bersabar dan rela menerimanya demi pahala Allah Swt. Dan memang benarlah demikian, memang Nabi Ismail a.s. selalu menepati janjinya, sebagaimana yang dinayatakan Allah melalui firman-Nya yang lain:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (Maryam: 54-55)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih dan Yunus. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Abu Asim Al-Ganawi, dari Abut Tufail, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa ketika Nabi Ibrahim a.s. diperintah untuk mengerjakan manasik, setan menghadangnya di tempat sa’i, lalu setan menyusulnya. Kemudian Jibril a.s. membawa Ibrahim ke jumrah ‘aqabah, dan setan kembali menghadangnya; maka Ibrahim melempar setan itu dengan tujuh buah batu kerikil hingga setan itu pergi. Kemudian setan menghadangnya lagi di jumrah wusta, maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil.
Kemudian Ibrahim merebahkan Ismail pada keningnya, saat itu Ismail mengenakan kain gamis putih, lalu Ismail berkata kepada ayahnya, “Hai Ayah, sesungguhnya aku tidak mempunyai pakaian untuk kain kafanku selain dari yang kukenakan ini, maka lepaskanlah kain ini agar engkau dapat mengafaniku dengannya.” Ketika Nabi Ibrahim bermaksud menanggalkan baju gamis putranya itu, tiba-tiba ada suara yang memanggilnya dari belakang: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat: 104-105); Maka Ibrahim menoleh ke belakang, tiba-tiba ia melihat seekor kambing gibasy putih yang bertanduk lagi gemuk. Ibnu Abbas mengatakan bahwa sesungguhnya sampai sekarang kami masih terus mencari kambing gibasy jenis itu.
Dalam riwayat lain disebutkan : Nabi Ibrahim a.s. berangkat bersama putranya Ismail dengan tujuan akan menyembelihnya, maka setan pergi dan masuk menemui Sarah, lalu berkata, “Ke manakah Ibrahim pergi bersama anakmu?” Sarah menjawab, “Ia pergi membawanya untuk suatu keperluan.” Setan berkata, “Sesungguhnya Ibrahim pergi bukan untuk suatu keperluan, melainkan untuk menyembelih anaknya.” Sarah bertanya, “Mengapa dia menyembelih anaknya?” Setan berkata, “Ibrahim mengira bahwa Tuhannya telah memerintahkan kepadanya akan hal tersebut.” Sarah menjawab, “Sesungguhnya lebih baik baginya bila menaati Tuhannya.”
Lalu setan pergi menyusul keduanya. Setan berkata kepada anak Ibrahim, “Ke manakah ayahmu membawamu pergi?” Ia menjawab,” Untuk suatu keperluan.” Setan berkata, “Sesungguhnya dia pergi bukan untuk suatu keperluan, tetapi untuk menyembelihmu.” Ia bertanya, “Mengapa ayahku akan menyembelihku?” Setan menjawab, “Sesungguhnya dia mengira bahwa Tuhannya telah memerintahkan hal itu kepadanya.” Ia berkata, “Demi Allah, sekiranya Allah yang memerintahkannya, benar-benar dia akan mengerjakannya.”
Setan putus asa untuk dapat menggodanya, maka ia meninggalkannya dan pergi kepada Ibrahim a.s., lalu bertanya, “Ke manakah kamu akan pergi dengan anakmu ini ?” Ibrahim menjawab, “Untuk suatu keperluan.” Setan berkata, “Sesungguhnya engkau membawanya pergi bukan untuk suatu keperluan, melainkan untuk menyembelihnya.” Ibrahim bertanya, “Mengapa aku harus menyembelihnya ?” Setan berkata, “Engkau mengira bahwa Tuhanmu lah yang memerintahkan hal itu kepadamu.” Ibrahim berkata, “Demi Allah, jika Allah Swt. memerintahkan hal itu kepadaku, maka aku benar-benar akan melakukannya.” Setanpun putus asa untuk menghalang-halangi, lalu ia pergi meninggalkannya.
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Pengorbanan besar dan luar biasa yang tidak logis tersebut, bisa dilakukan oleh seorang Nabi yang notabene adalah manusia biasa seperti kita, yang masih mempunyai nafsu dan akal yang terkadang bisa menjadi penghalang untuk berbuat kebaikan, itu bisa dilakukan semata-mata karena kekuatan iman dan aqidah yang ada di dalam hatinya. Kecemerlangan mata hati yang disinari Nur Allah, menjadikan hatinya yakin kepada Allah Swt, sehingga akalnya mampu konsisten berperasangka positif kepada-Nya, menjadikan jiwa manusia yang mestinya rapuh dan ringkih menjadi kuat dan membaja, sehingga seakan-akan tidak ada jarak lagi antara dirinya dengan Junjungannya.
Itulah Nur Ma’rifatullah yang menyinari rongga dada seorang hamba yang asalnya sempit menjadi lapang sehingga mampu menerima kehendak Allah yang bagaimanapun beratnya. Anugerah terbesar dalam hidup manusia yang tidak dapat datang dengan sendirinya turun dari langit melainkan harus senantiasa diupayakan adanya, dijaga dan ditingkatkan kuwalitasnya dengan selalu berdzikir kepada-Nya secara konsisten pula untuk selama-lamanya :
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Maka apakah orang-orang yang dilapangkan Allah rongga dadanya untuk Islam (menerima kenyataan) lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.(QS.Az-Zumar/22)
Iman dan aqidah yang kuat itulah ketika telah membuahkan keyakinan yang kuat pula sehingga seorang hamba mampu bertawakal kepada Tuhannya dengan sempurna, akan menjadikan jiwa seseorang yang mestinya ringkih menjadi kuat bahkan mampu mendatangkan pertolongan dari-Nya berupa keajaiban yang bisa merubah sistem kejadian alam semesta. Merubah yang tidak masuk akal jadi masuk akal, atau yang disebut Mu’jizat seperti yang diberikan kepada para Nabi dan karomah atau ma’unah yang diberikan kepada para Waliyallah dan hamba-Nya yang sholeh.
Hal seperti itu pernah dibuktikan pula oleh Baginda Nabi Allah Ibrahim as. Ketika beliau dalam keadaan terikat dan siap dilamparkan oleh Raja Namruj ke dalam kobaran api yang menyala-nyala yang siap membakar dan menghancurkan apa saja sampai jadi abu, beliau didatangi Malaikat Jibril dan berkata : “Hai Ibrahim, apakah kamu punya hajad?”. Nabi Ibrahim menjawab dengan santai: “Apabila kepadamu, maka aku tidak punya hajad, karena pengetahuan-Nya atas keadaanku, mencukupkan aku untuk tidak menyampaikan permintaan kepada-Nya”.
Keyakinan hati dan tawakal yang sempurna itu telah membuahkan hasil yang sempurna pula, melahirkan keajaiban yang sangat luar biasa di muka bumi, menjadikan sebab turunnya titah langit ke bumi untuk merubah keadaan yang menakutkan jadi menyenangkan, merubah yang mematikan menjadi menghidupkan, memerintahkan api yang mestinya menghanguskan jadi menyejukkan. Peristiwa ajaib itu diabadikan Allah di dalam Kitab yang diturunkan untuk kita umat Muahammad Saw :
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آَلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69
Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. ( 69 ) Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”(QS.Al-Anbiya/68-69)
Api yang mestinya membakar jadi menyejukkan, itu sesungguhnya merupakan ungkapan atau bahasa lambang yang bisa ditafsiri secara luas. Yang mestinya membahayakan untuk orang lain malah mengamankan untuk kita. Yang mestinya menyulitkan untuk orang lain malah memudahkan untuk kita. Yang mestinya mencelakakan untuk orang lain bisa menyelamatkan untuk kita. Yang mestinya menyebabkan penderitaan untuk orang lain bisa menjadi sebab datangnya kebahagiaan untuk kita. Semua yang tidak logis, bisa logis. Yang tidak masuk akal, bisa masuk akal, itu kalau Allah Penguasa Alam menghendakinya, karena Allahlah yang menciptakan hukum alam, maka hanya Allah pula yang Kuasa merubahnya.
Itulah Mu’jizat Besar yang oleh peristiwa ini, disiratkan berpotensi bisa diturunkan kepada setiap orang yang hatinya yakin dan tawakalnya sempurna kepada Allah Swt. Oleh karena peristiwa ini diabadikan Allah di dalam Al-Qur’an Al-Karim, kitab yang diturunkan untuk kita umat Muhammad Saw, maka berarti hikmah dan kandungan pelajaran yang ada di dalamnya, sesungguhnya merupakan pelajaran dan suri teladan bagi kita semua. Artinya siapa saja diantara kita yang yakinnya kepada Allah kuat dan tawakalnya sempurna, sesuai dengan kapasitasnya, dia berhak mendapatkan anugerah besar ini, seperti yang pernah diturunkan kepada manusia-manusia pilihan-Nya, para Rasul dan para Nabi dan juga kepada para Waliyallah dan hamba-Nya yang sholeh, yang mereka itu sesungguhnya dijadikan oleh Allah sebagai suri tauladan untuk kita ikuti semua.
Hanya dengan mengucapkan : “Hasbiyallahu laailaha illa Huw, alaihi tawakkaltu wa Hua Rabbul Arsyil Adzim”, diucapkan berkali-kali oleh lisan seorang hamba yang hatinya wushul kepada Allah, ketika dia menghadapi masalah hidup yang bagaimanapun beratnya, dengan izin Allah kalimat itu ibarat password yang bisa digunakan untuk membuka pintu perbendaharaan langit dan merubah sistem alam semesta. Masalah hidup yang mestinya bisa membakar pikiran dan hati sehingga orang jadi stress dan depresi malah menjadi obat yang menyejukkan, yang mestinya membahayakan jadi menyelamatkan. Banyak kejadian terjadi di sekeliling kita, kalau kita mau amati dengan cermat kondisinya sesungguhnya tidak jauh berbedah dengan contoh kejadian ini. Yang mestinya menyulitkan dan membahayakan bagi orang per orang, tidak terhadap orang tertentu bahkan malah menciptakan peluang bisnis dan usaha baginya untuk mendapatkan keuntungan lebih, bahkan semakin berat tantangan yang harus dihadapi seseorang, semakin besar pula keuntungan yang bisa diraup darinya, namun itu tentunya hanya bisa dilakukan oleh orang yang jiwa dan raganya kuat. Itulah Allah, kalau berkehendak merubah keadaan kepada umatnya hanya berkata : “Kun Fa Yakuun” . Allah Maha Kuasa atas segala kehendaknya.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Namun demikian kita semua tahu, bahwa keajaiban besar tersebut, baik berupa Mu’jizat, karomah ataupun ma’unah, tentunya tidak datang dengan sendirinya turun dari langit ke bumi, melainkan didatangkan dari sisi Allah sebagai buah amal ibadah dan pengabdian hakiki yang dilakukan oleh seorang hamba yang hatinya yakin dan tawakalnya sempurna kepada Allah Swt. Diturunkan kepada seorang hamba yang proses perjalanan tarbiyah hidupnya telah menghasilkan tamkin sebagai seorang kholifah, itulah hamba-hamba yang dikasihi oleh Tuhannya. Maka siapa yang beramal sholeh, untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat jahat juga untuk dirinya sendiri, sekali-kali Allah tidak berbuat zalim kepada hamba-Nya:
مَّنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (108) سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111) ﭼ
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم . وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين .